Jumat, 22 April 2011

Oleh: Setia Wati

My Mom is My Hero

Bercerita ataupun mendengarkan kisah tentang sosok ibu―bagiku pribadi―selalu menyisakan hal yang menyesakkan qolbu. Untuk diketahui, ibuku bukanlah sosok wanita karir yang penuh percaya diri menenteng notebook  untuk bekerja di belakang meja kantor nan eksklusif. Ibuku hanyalah seorang  ibu rumah tangga biasa. Seorang wanita sederhana dengan kekuatan fisik dan batin luar biasa yang tertempa dari kerasnya perjalanan hidupnya.

Ibuku bukan  seorang ibu ‘gaul’ yang biasa berkumpul dengan para remaja belasan tahun dan bercerita apa saja. Pembawaannya yang ‘angker’―terkesan sangar, cool dan tidak doyan berbasa-basi―tak jarang membuatku urung untuk bercerita pengalamanku yang bersifat pribadi. Jujur  kuakui, ibuku bukanlah ‘tempat curhat’ yang pas seperti kebanyakan ibu-ibu lainnya. Diam-diam aku iri pada sahabat-sahabatku yang bisa dengan leluasa ‘bercuap-cuap’ bersama ibunya.  Sifat kerasnya yang tak menerima perbedaan sudut pandang antara beliau dan anak-anaknya selalu menciptakan atmosfer ketegangan yang tak jarang berujung perselisihan. 

Akan tetapi,  tangan dingin itulah yang telah dengan setia merawatku saat panas menyerang sekujur tubuh―karena gejala typus―di awal tahun kedua SMA. Beliau juga yang rela berlelah-lelah menungguiku―yang terus merengek dan mengerang karena sakit gigi―lalu mengantarku ke dokter  detik itu juga padahal itu jam 3 pagi! Belum lagi,  saat kesibukan kerja tak pernah menyisakan jeda untukku mengurusi diriku, pagi itu aku sungguh terharu, karena mendapati dalaman gamisku―yang kebetulan koyak dan belum sempat kujahit―kutemukan telah  tertambal dan terjahit rapi di atas kursi. Dan lagi, masih banyak lagi … semua itu telah dengan sangat sukses menyadarkan bahwa aku sangat beruntung memiliki seorang ibu sepertinya *hiks hiks* (lebay). Alhamdulillaah …. Kadang aku sendiri takjub, darimana datangnya kekuatan laksana ‘seribu tangan’ yang seolah tanpa lelah mengurusi keluarga dengan beragam tingkah polah.

Betapapun seringnya terjadi  ketidakcocokan antara aku dengan beliau―sebagai ibu dan anak―aku tidak akan pernah mengingkari bahwa darah yang mengaliri tubuhku adalah  darah beliau. Sifatku yang keras kepala merupakan turunan dari gen beliau. Dan lagi, aku juga mewarisi kecerdasan dan kekuatannya sebagai seorang perempuan. Malah banyak yang bilang, aku ini adalah ‘duplikat’nya beliau.

Dengan seluruh ‘atribut’ yang ada padanya, aku bangga dan bersyukur punya ibu. Ratusan atau bahkan ribuan lembar kertas takkan pernah mampu mencatat banyaknya jasa, kemuliaan hati dan belai kasihnya terhadap anak-anaknyaSemoga Allah selalu memudahkan jalan ibu….  I’m proud of her, because my Mom is my Hero! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar