Jumat, 29 April 2011

Oleh : Nurul Latifah/ Nih'nurul Sebatangkara

Malaikat Berhati Penyayang

Ini adalah sebuah kisah yang dituturkan seorang anak mengenai malaikat berhati penyayang, yang tidak pernah mengerti arti kebencian meskipun anak yang sangat dikasihinya selalu menyakiti hatinya. Aku tidak pernah mengakui setiap kesalahanku pada ibu, meskipun keinginan itu selalu ada setiap melihatnya meneteskan air mata karena menyesali keangkuhan yang menjadikan diriku sebagai sosok pengganti maling kundang.

Ibuku jarang merasakan suasana dunia luar yang selalu menawarkan bayang-bayang kesenangan semata, Ia lebih senang berada di antara kepulan asap, terbuai di dalam kelelahan demi menyiapkan sesuap nasi untuk buah hatinya. Apakah ia pernah mengeluh? Jawabannya tidak sama sekali, justru ia yang selalu mendengar keluhanku tentang masakannya yang biasa-biasa saja, padahal aku tahu makanan itu dibuatnya dengan penuh cinta kasih. Tetapi semua itu berubah saat aku melihat kedua matanya sembab karena genangan air mata, lirih suaranya menuturkan harapan-harapan serta mimpinya yang ditujukan kepada diriku.

"Semoga anakku menjadi seorang yang penyayang, yang mengerti dan paham tentang arti pengorbanan, yang selalu sabar di antara terjal cobaan dan selalu berbakti kepada kedua orang tuanya."

Hatiku luluh. Tak bisa kubayangkan betapa besar dosa seorang anak yang menyia-nyiakan ibunya, apalagi aku yang masih butuh belaian kasih sayang dari seorang Ibu yang memiliki hati penyayang layaknya seorang malaikat. Sejak saat itu, aku memutuskan untuk mengubur sifat angkuh dalam diriku, dan sedikit demi sedikit belajar untuk mengerti perasaan seorang ibu sebenarnya, yang sabar, penyayang dan tak pernah mengeluh diantara terjal cobaan. Aku menyayangimu ibu, tak ada hal yang mampu menggantikan kasih sayangmu untuk diriku di dunia fana ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar