Minggu, 24 April 2011

Oleh: Abdul Aziz Safa

Ibu, Pahlawanku

Ibu, betapa dalam dan luas samudra cintamu terhadap anak-anakmu. Cintamu tulus, jujur, sederhana, dan tak pernah dibungkus kompensasi. Selalu kautunjukkan cintamu dengan tindakan nyata sepenuh jiwa. Sedari mengandung, memberi ASI, mengasuh, hingga membesarkan kami. Kaulah pusat gravitasi kasih sayang (madinah al-rahmah) keluarga, yang hanya mengenal hukum cinta dan ketulusan dalam mengantarkan buah hatimu tumbuh dewasa.

Namun, di tengah kesibukan sehari-hari kami, kami sering lupa dan alpa akan peran dan jasa besarmu, Ibu. Padahal, kaulah teladan tertulus yang hidup hanya untuk kami, anak-anakmu. Kau pun rela menampung semua keluh kesah kami yang datang menghampirimu. Pun saat kami sudah membina keluarga, doamu tak pernah berhenti kaukirimkan untuk kami. Di mana bumi kami pijak, di situlah doamu kaujunjungkan kepada pemilik ‘Arasy Yang Maharahman.

Bahkan, di balik kesuksesan kami, ada segudang doa dan pengorbananmu, Ibu. Pengorbananmu lahir dari cinta, cintamu tumbuh bersama cita-citamu untuk membahagiakan kami. Kaulah madrasah yang mencetak kami menjadi pribadi unggul, sekaligus menjadi teman yang melindungi dan menjauhkan kami dari perilaku dan hal-hal yang membahayakan. Wajar jika surga di bawah telapak kakimu sebagaimana disabdakan Nabimu.

Ibu, sampai kapan pun, aku memang takkan pernah bisa membalas cinta dan kasih sayangmu dengan sepadan. Tapi percayalah, bahwa cinta yang kauberikan dan ketulusan yang kauteladankan adalah tonikum vital yang mengalir dalam darahku, dan aku hidup dengan itu. Kini, izinkanlah aku mencintai dan menyayangi istri sebagaimana dulu Bapak mencintai dan menyayangimu. Mungkn inilah cara termudah bagi aku, anak laki-lakimu, untuk menghormati dan memuliakanmu sebagaimana kaupesankan dulu, Ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar