Jumat, 29 April 2011

Oleh: Anggia Ramadhani Lubis

My Mom Is My Hero

Berbicara tentang sosok ibu, pasti kita akan punya banyak gambaran dan kata-kata untuk melukiskan  sosok ‘pahlawan’ bagi anak-anaknya ini. Tidak akan cukup selembar atau dua lembar kertas untuk menuliskan semua hal tentang ibu.

Seperti aku, yang tidak akan pernah bosan untuk terus melukiskan sosok beliau bagi hidupku.  Ibuku bukan seorang superstar, bukan pahlawan negara, bukan wanita karir dan bukan pula pengusaha sukses. Beliau hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang setia dengan pekerjaan rumahnya― dari pagi hingga malam. Tiada pernah jenuh dan mengeluh dengan semua ‘kerepotan’ yang di-lakoni-nya.  Seorang ibu rumah tangga yang lebih tertarik untuk mengasuh, membimbing, menjadi sahabat, menjadi kakak, dan menjadi tempat tumpahan segala keluh kesah anak-anaknya.

Ibuku memiliki karakter yang―180 derajat―bertolak belakang dari kepribadianku.  Ibuku adalah orang sangat sabar, kuat, penyayang, aktif dan lincah.  Sangat berbeda denganku yang memiliki watak yang keras dan pendiam.  Menurut penilaianku sendiri dan orang lain, watak kerasku itu adalah turunan dari ayah.  Walau demikian ibu tetap sabar menghadapi dan ‘melayani’ setiap hal yang ku mau, karena dahulu aku sangat manja kepada beliau.

Ketika aku kelelahan sepulang sekolah, tidak pernah sedikitpun beliau memintaku untuk membantunya di dapur. Beliau begitu memahami raut wajah dan gerak tubuhku yang kelelahan karena seharian belajar di sekolah. Dengan senang hati beliau kerjakan seluruh pekerjaan rumah sampai selesai tanpa dibantu oleh pembantu maupun anak-anaknya. 

Di malam hari, beliau juga aktif ‘melibatkan diri’ untuk membantu aku yang kesulitan menyelesaikan seluruh tugas sekolah. Mengajariku dengan sabarnya sampai aku benar-benar paham.  Tidak hanya sebagai ‘guru’ di rumah, beliau juga bisa menjadi sahabat atau  tempat curhat bagi anak-anaknya―dan tentunya bagi ayahku pun juga.  Ibuku adalah sahabat setia ayahku dalam hal curhat.  Tidak hanya itu, sebelum beliau―ibuku―dipanggil oleh Sang Pemilik Nyawa, beliau pernah sakit selama lebih kurang 2 tahun. Pada saat itu sifat manjaku belum berubah. Aku jarang mau ‘melibatkan diri’ untuk mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi beliau tetap tidak pernah memaksaku untuk membantu pekerjaannya. Beliau kerjakan seluruh pekerjaannya dengan baik dan―ku tegaskan sekali lagi―tanpa rasa mengeluh sedikitpun! Sifat ikhlas dalam mengerjakan sesuatu selalu ditunjukkan oleh ibuku.

Ada dua nasihat yang tidak pernah akan ku lupakan sampai kapanpun. Nasihat yang selalu tertanam dalam hati dan pikiranku. Beliau pernah berpesan,  “jangan pernah kamu mengeluh dan marah kepada takdir yang telah ditetapkan ketika roda kehidupanmu berada di bawah, dan jangan kamu tunjukkan ‘keluh’mu kepada suamimu ketika ia mengalami kesusahan, kelak saat kamu telah menikah. Dan jangan pernah tinggalkan sholat-mu ya, Nak”.

Kata-kata dan perjuangan hidup ibuku adalah inspirasi bagiku. Walau aku tidak akan pernah bisa jadi seperti beliau, tetapi aku akan selalu menjalankan apa yang telah dinasihatkannya untukku dan saudara-saudariku. Kini aku telah merasakan apa yang menjadi tugasnya sebagai ibu rumah tangga―menggantikannya dalam menjalankan semua tugas di rumah. 

My Mom is Hero. Tanpa didikannya aku tidak akan pernah menjadi aku yang sekarang.  Pengabdian sebagai anak yang sholeha adalah kado yang hanya dapat ku persembahkan untuknya saat ini. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar