Jumat, 29 April 2011

Oleh: Amena Divine

Ibu, Malaikat yang Dikirim Tuhan Untukku

Jika ibuku disandingkan dengan para Malaikat, para malaikat itu barangkali akan tertunduk lesu, tak sanggup menanggung malu.

Bagaimana tidak, jika mereka yang merupakan makhluk supranatural yang dianugerahi kemampuan spesial dari Tuhan jauh di atas para insan hanya mampu menangani satu kerjaan, sedangkan ibuku? Ah.. walau dia hanya manusia biasa, bukan siapa-siapa, dan barangkali tidak diperhitungkan oleh dunia, namun dia mampu mengambil alih semua tugas mereka, dia ikhlas menyerahkan seluruh hidupnya untuk keluarganya, dan semua itu karena cinta...

Jika Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad dan seluruh umat, aku punya ibu yang mengajarkanku hal-hal sederhana namun sangat berharga semenjak balita, ibuku adalah pendidik pertama jauh sebelum guru-guruku.

Jika Mikail bertugas untuk mengatur hujan dan memberikan rezeki untuk penduduk bumi, aku justru merasakan rezeki itu dari tangan ibuku sendiri. Karena dari tangannya terhidangkan beraneka ragam makanan untuk aku dan keluargaku makan setiap hari, belum lagi ketika anaknya yang manja ini sakit, diapun merelakan tanggannya untuk menyuapi.

Jika Malaikat Israfil itu mendapat tugas untuk meniup sangkakala, maka ibuku setiap saat bersuara, menyuruhku untuk mengaji, mengingatkanku untuk sholat tepat waktu, dan beribadah pada Tuhanku. Uh, lebih mulia bukan?

Namun berbeda dengan Malaikat Izrail yang bertugas melenyapkan nyawa, ibuku malah melahirkan sebuah jiwa, berupa manusia. Hmm.. perbandingan terbalik ini justru semakin memperlihatkan kehebatan ibuku dibanding malaikat itu, dan membuat semakin tinggi juga pujiku.

Jika Malaikat Munkar dan Nakir menanyai manusia ketika sudah berada di peristirahatan jasadnya nanti, ibuku sekarang pun senantiasa rajni melakukannya, saat kami bersama selalu ada tanya tentang bagaimana hariku berjalan adanya, dan akupun akan bercerita panjang lebar padanya. Lebih menyenangkan dan tanpa beban tentunya, tidak seperti menghadapi malaikat nanti yang pasti akan penuh dengan peluh dan resah.
Lalu ada juga Malaikat Raqib dan Atid yang bertugas menulis amal kebaikan dan kejahatan. Yaya.. ibuku memang tidak mencatatnya, tapi jelas dia hapal di luar kepala segala sesuatu tentangku, terlebih dia memahamiku.

Dan terakhir, Malaikat Malik serta Ridwan, tentu sudah kita ketahui bersama apa tugasnya, menjaga pintu Surga dan Neraka. Oh dear… bahkan tugas ibuku lebih sulit daripada itu, dia menjagaku agar tak akan pernah meski sebelah kakipun menginjak tempat yang bernama Neraka dan selalu menasihatiku dengan kebaikan agar nantinya di kehidupan sesudah mati aku bisa hidup bahagia, abadi di Surga.

Ah.. sungguh wujud cinta yang manis dan indah sekali. Nah, dari semua analogi di atas itu, tidak berlebihan bukan kalau ibu bagiku merupakan malaikat yang sengaja dikirimkan Tuhan untukku!? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar